Gue suka cara dia manggil nama gue.
Gue suka cara dia ngasih perhatian ke gue.
Mungkin dia menganggap gue sebagai lilin kecil.
Entah apa alasannya.
Tapi, gue ga mau selamanya jadi lilin kecil yang hanya mampu menerangi sekitarnya saja, gue pengen jadi bintang.
Bintang yang mampu menyinari seluruh kehidupan di muka bumi.
Bintang yang nampak kecil, namun memberi harapan.
Bintang, yang memberikan sinarnya untuk bulan, sehingga bulan tampak bercahaya.
Ingin menjadi segalanya untuk kamu, walaupun kamu tak ingin.
Dan.. rasa di dalam hati ini akan tetap diam di ruangan hati yang tak dapat dibuka dan direbut oranglain.
Hanya dia yang bisa.
Hanya dia..
Pria baik yang mengangkatku dari jurang, saat aku sepi, cuma dia yang tetap ada.
Terima kasih.. :)
Gue suka cara dia ngasih perhatian ke gue.
Mungkin dia menganggap gue sebagai lilin kecil.
Entah apa alasannya.
Tapi, gue ga mau selamanya jadi lilin kecil yang hanya mampu menerangi sekitarnya saja, gue pengen jadi bintang.
Bintang yang mampu menyinari seluruh kehidupan di muka bumi.
Bintang yang nampak kecil, namun memberi harapan.
Bintang, yang memberikan sinarnya untuk bulan, sehingga bulan tampak bercahaya.
Ingin menjadi segalanya untuk kamu, walaupun kamu tak ingin.
Dan.. rasa di dalam hati ini akan tetap diam di ruangan hati yang tak dapat dibuka dan direbut oranglain.
Hanya dia yang bisa.
Hanya dia..
Pria baik yang mengangkatku dari jurang, saat aku sepi, cuma dia yang tetap ada.
Terima kasih.. :)
saatnyaa berpuitis riaaa
asiiiiiik :)
Sepi menjalari seluruh ruang dalam hatiku saat datangnya saat itu.
Saat-saat dimana matahari mulai tenggelam dan langit berubah menjadi hitam pekat setelahnya.
Senja..
Kurasakan indahnya langit saat senja.
Miris rasanya melihat senja sendirian di atas genting.
Aku ingin dirinya ada denganku dan nikmati senja berdua.
Berdua saja.
Berdua duduk bersama.
Berdua, kita saling menatap.
Seandainya semua itu bisa mungkin.
Aku ingin melihat senyumnya dari dekat.
Aku ingin lalui satu senja saja bersamanya.
Ahh.. andai itu mungkin.
Aku takut.
Aku semakin takut untuk menyayangi dia semakin dalam.
Aku takut.
Kepercayaanku padanya perlahan-lahan mulai goyah.
Perlahan-lahan rasa ini timbul-tenggelam seperti matahari.
Menghilang, namun kadang muncul lagi.
Aku takut sakit.
Aku takut untuk terjatuh lagi.
Senja selalu mengingatkan aku kepadanya.
Berdua, kami berjanji melihat senja hanya berdua di tepi pantai.
Seandainya itu mungkin.
Namun pada kenyataannya, janji itu hanya mengambang di udara.
Tidak pernah ada kepastian.
Hanya mengambang dan perlahan mengabur seraya rasa sepi saat senja merasuki diriku.
Aneh.
Heran.
Ragu.
Aku menatap senja perlahan.
Sekuat tenaga aku tahan airmata ini agar tidak tumpah saat menatapnya.
Namun, pada kenyataannya airmata ini hanya bisa mengalir tak terbendungkan saat aku menatap senja sendirian.
Aku hanya ingin bertemu dengannya.
Aku hanya ingin mempertanyakan cintanya.
Mempertanyakan kesungguhannya.
Aku hanya ingin yakin cintanya hanya untukku.
Karena, semakin hari aku semakin tak yakin bahwa dia hanya menggenggam hatiku.
Namun, begitukah kenyataannya?
Izinkan aku bertemu dengannya.
Aku ingin memeluknya.
Dan mempertanyakan cintanya.
Aku hanya ingin menatap senja bersamanya.
Ahh.. andai semua angan itu mungkin.
0 comments:
Post a Comment